-->

Hiruzen Stream

Kelas virtual mata kuliah Botani (Biologi tanaman, Anatomi tumbuhan, morfologi tumbuhan dan sistematika tumbuhan tinggi), Biologi Control dan umum serta seputar teknologi informasi dan komunikasi (komputer, android, tutorial, software dan blogging)

A. Deskripsi Biologis dan Ekologis Kelapa Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksinya. Faktor lingkungan itu adalah sinar matahari, temperatur, curah hujan, kelembaban,keadaan tanah dan kecepatan angin. Disamping itu, iklim merupakan faktor penting yang ikut menentukan pertumbuhan tanaman kelapa. Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik. Akan tetapi distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air hujan serta kedalaman air tanah, Angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan Transpirasi tanaman. Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulan atau 2000 jam/tahun sebagai sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat. Pada bulan-bulan dimana jumlah penyinaran per bulan lebih tinggi dari rata-rata, jumlah produksinya biasanya menjadi lebih banyak. Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C. Padasuhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa. Pertumbuhan kelapa sangat dipengaruhi oleh suhu, terutama saat berbuah. Suhu rendah tidak cocok untuk tanaman kelapa, karenanya penyebaran tanaman kelapa terbatas pada daerah tropis. Suhu tahunan yang optimal adalah 27oC dengan variasi harian maksimum 7oC. Tanaman kelapa secara komersial dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian dari pinggir laut sampai 600 meter di atas permukaan laut. Ketinggian yang optimal 0-450 m dpl. Kelapa dapat tumbuh diatas ketinggian tersebut, namun hasilnya menjadi berkurang. Pada ketinggian 450-1000 m dpl waktu berbuah terlambat, produksi sedikit dan kadar minyaknya rendah. Selain cuaca panas tanaman kelapa juga menyukai udara yang lembab. Namun, bila udara terlalu lembab dalam waktu lama, juga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman, karena mengurangi penguapan dan penyerapan unsur hara serta mengundang penyakit akibat cendawan. Secara biologis Pohon kelapa memiliki kenampakkan sebagai berikut. a. Batang Umumnya batang kelapa mengarah lurus ke atas da tidak bercabang, kecuali pada tanaman dipinggir sungai, tebing dan lain-lain. Batang akan melengkung menyesuaikan dengan arah sinar matahari. Pada Ujung batang terdapat titik tumbuh yang merupakan jaringan meristem berfungsi membentuk daun, batang dan bunga. Setelah umur 3-4 tahun yaitu pada waktu pangkal batang terbentuk, maka lingkar batang tidak akan membesar lagi karena tanaman kelapa selain termasuk tumbuhan monocotyledonae pada batangnya tidak terdapat selubung kambium sehingga tidak terjadi pertumbuhan sekunder. Jika pertumbuhan normal setiap tahun kelapa akan bertambah panjang 1-1,5 meter pada tanaman muda, 0,5 meter pada tanaman dewasa dan hanya 10-15 centimeter pada tanaman tua. b. Akar Sepintas tanaman kelapa yang baru bertunas mempunyai akar tunggang. Namun perkembangannya akar tersebut makin lama akan dilampaui oleh akar-akar yang lain sehingga fungsi dan bentuknya sama seperti akar serabut biasa. Pada tanah yang subur, tanaman sehat dan curah hujan cukup, perakaran akan lebih banyak dan panjang dibanding pada tanah yang kurus dan kering. c. Daun Pertumbuhan dan pembentukan mahkota daun dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat pertama dibentuk empat sampai helai daun. Daun tersusun saling membalut satu sama lain merupakan selubung. Pertumbuhan kedua daun tetap berjumlah empat sampai enam helai dengan ukuran lebih besar dan sudah terlepas satu sama lain tetapi helai daunnya belum menyirip. Baru pada fase-fase selanjutnya daun semakin besar dan majemuk bersirip genap. Daun kelapa bertulang sejajar memiliki pelepah daun dengan anak daun pada sisi kanan dan kirinya. Tajuk daun terdiri dari 20-30 buah. Pada pohon dewasa panjangnya kurang lebihlima sampai delapan meter. Daun yang muda tumbuhnya tegak, semakin tua semakin condong hingga akhirnya terkulai dan berguguran. Panjang anak daun antara satu sampai satu setengah meter, di tengahnya terdapat tulang daun yang disebut lidi. Lidi tersabut bisa digunakan sebagai sapu lidi, tusuk sate dan lain-lain. d. Bunga Pohon kelapa mulai berbunga kira-kira setelah tiga sampai empat tahun pada kelapa genjah , empat sampai delapan tahun pada kelapa dalam sedangkan kelapa hibrida mulai berbunga setelah empat tahun. Karangan bunga tumbuh dari ketiak daun yang baian luarnya diselubungi oleh seludang yang disebut mancung (spatha). Mancung merupakan kulit tebal dan menjadi pelindung calon bunga dengan panjang 80-90 centimeter. Bunga kelapa sendiri merupakan bunga berkarang yang disebut inflorecentia atau dikenal dengan sebutan mayang (manggar). Manggar mempunyai induk tangkai yang bisa bercabang sebanyak 30-40 buah. Setiap cabangnya ditemui bunga betina pada pangkal dan pada ujungnya ditemukan bunga jantan. Oleh karena itu kelapa disebut tanaman berumah satu yaitu memiliki bunga jantan dan betina dalam setiap pohon. Setelah seludangnya membuka dua hari kemudian bunga-bunga jantan menjadi dewasa yang dimulai dari ujung ke pangkal diikuti serbuk sari yang mulai berguguran dari ujung cabang ke pangkal cabang. Bunga jantan terdiri dari tiga buah kelopak, tiga buah daun mahkota dan enam helai benang sari. Di ujungnya terdapat tiga lembar sirip yang berkelenjar madu sehingga menarik perhatian serangga. Ketika bunga jantan mulai gugur maka bunga betina mulai dewasa dan masak, bunga betina tidak terbuahi bunga jantan dalam satu manggar sehingga penyerbukan silang secara alami diperlukan. e. Buah Setelah dibuahi bunga, betina mulai tumbuh menjadi buah sekitar tiga sampai empat minggu setelah manggar terbuka. Proses terbentuknya buah terbagi menjadi tiga tingkatan • Tingkatan pertama, terjadi pembesaran sabut, tempurung dan lubang embrio. Ruangan masih terpenuhi air dan tempurung masih lunak. Tingkatan ini berlangsung selama empat bulan • Tingkatan kedua, tempurung menebal tetapi belum mengeras. Tingkatan ini berlangsung selama dua bulan • Tingkatan terakhir, Terjadi penebalan dan pengerasan tempurung, warna menjadi cokelat atau kehitaman. Endosperm atau putih lembaga mulai terbentuk. Buah mencapai ukuran maksimal sesudah berumur sembilan sampai sepuluh bulan dengan berat tiga sampai empat kg dan memiliki volume tiga sampai empat liter. Pada umur 12-14 bulan, buah cukup masak dan berat rata-rata 2 kg dan volume airnya berkurang. Klasifikasi Pohon Kelapa Regnum : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Arecidae Ordo : Arecales Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan) Genus : Cocos Spesies : Cocos nucifera L. Nama Daerah: Kelapa, Kelopo, Krambil, Cikal B. Nilai Kearifan Lokal Kearifan lokal merupakan salah satu pendekatan yang harus diadopsi dalam perencanaan dan implementasi pembangunan yang berkesinambungan. Melalui pendekatan kearifan lokal ini, proses dan pelaksanaan pembangunan akan memerhatikan kekayaan budaya masyarakat setempat, yang bukan hanya untuk dilestarikan tetapi menjadi instrumen dan landasan dalam pembangunan. Sebagai bentuk dari local genius atau cultural identity, kearifan lokal dapat menjadi bangunan dan landasan dalam pembangunan sehingga implementasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat atau pembangunan yang tidak merusak budaya setempat atau menghilangkan local genius dan cultural identity. Dewasa ini pembangunan berkesinambungan yang berdasarkan kearifan lokal menjadi arus utama dalam proses pembangunan. Dalam upaya penguatan ekonomi lokal, prinsip dan pendekatan kearifan lokal sebagai hal utama. Salah satu kasus bagaimana KPDT mengembangkan ekonomi lokal di daerah tertinggal adalah mendorong, memperkuat dan mengembangkan kelapa. Kelapa merupakan komoditas penting bagi kehidupan masyarakat dan perekonomian Indonesia. Produk turunan kelapa diperkirakan akan mampu memenuhi tuntutan pemenuhuhan kebutuhan nasional dan internasional. Kelapa bisa menghasilkan minyak untuk pangan, VCO, bahan interior, dan serat. di Bali, pohon kelapa memiliki keterkaitan dengan bangunan yang didirikan, jika di renungkan lebih jauh ternyata keterkaitannya melahirkan dua kutub pemikiran yaitu kearifan dan kekuasaan yang saling berhadap-hadapan. Dibatasinya ketingian bangunan (gedung) di Bali maksimal 15 meter atau tidak melebihi pohon kelapa, ternyata tersurat dan tersirat bahwa; maysarakat Bali harus menyadari akan batas-batas (Terukur), mana yang boleh dan tidak boleh, relasi hidup dan kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Sang Pencipta (Tri Hita Karana). Setiap pembangunan harus merujuk pada batas-batas diri atau tubuh. Tubuh yang lain juga disebut buana, bumi, tanah, atau ibu pertiwi. Diri manusia dan tanah harus selaras, seiring sejalan, saling hidup menghidupi. Karenanya masyarakat adat Bali tidak bisa lepas dari tanah, tanah yang melahirkan asal usul. Spirit pohon kelapa, membantu manusia adat Bali mengenal hidup, mengenal kemampuan diri untuk mengelola hak-hak atas tanah. Budaya yang menjadikan pulau Bali sebagai pulau sosial, ekonomi dan industri yang berjalan seimbang dan bermartabat. Bali sudah disebut “Pulau Surga” dalam panji-panji pariwisata yang mendunia. Pariwisata budaya, yang menghidupi jutaan tenaga kerja dan menarik jutaan wisatawan. Konsep kesejahteraan masyarakat adat Bali bukanlah berapa pertumbuhan PDRB, bukan juga berapa besar GNP, dan bukan berapa besar UMR, dan bukan berapa persen angka-angka pertumbuhan ekonomi, seperti indikator kemiskinan “Import” yang dipakai selama ini, yang ujung-ujungnya utang luar negeri. Konsep kesejahteraan bagi masyarakat adat di Bali adalah “kedamaian buat semua makhluk di muka bumi”, kesetaraan, pemerataan, dan keadilan lahir batin. Walaupun ada beberapa perkembangan pembangunan dan inovasi teknologi, perubahan tetap memungkinkan dilakukan, sepanjang motif dan tujuannya (Visi dan Misi) tetap sejalan dengan spirit dan kesadaran kearifan sang Penguasa. Jika ada bangunan yang lebih tinggi dari pohon kelapa diyakini jika apartemen pasti kebanyakan orang Bali tidak sanggup membelinya, Jika gedung pencakar langit itu dihuni oleh ribuan orang, maka akan dibutuhkan ribuan liter air. Akan dibutuhkan banyak sekolah tambahan, rumah sakit, pertokoan, transportasi umum, jalan raya, areal parkir, penegakan hukum dan seterusnya. Jika gedung pencakar langit itu adalah hotel bintang lima, maka Bali sudah memiliki 9.000 lebih kamar hotel berbintang yang tidak laku. Data menunjukan, untuk merawat satu kamar hotel berbintang, rata-rata membutuhkan 2000-3000 liter air per hari, untuk MCK, Kebun, Kolam renang, laundry, dan lain sebagainya. Sehingga akan terjadi penggunaan air yang berlebihan dan tidak diimbangi lahan lan untuk melanjutkan proses sirkulasi air. Jadi, keyakinan yang beredar pada masyarakat adat Bali pohon kelapa bukan sekedar pohon, tapi pohon kehidupan yang masih diyakini spiritualitasnya. Pohon yang mampu membendung “ketamakan” Penguasa. C. Sabut (Mesocarp) Sabut adalah bagian yang berserabut terdiri dari jaringan dengan sel serat yang keras antara sel-sel terdapat jaringan lunak tebalnya 3-5 cm. Bagian inilah yang bisa digunakan sebagai alat pembersih gigi pada jaman dahulu. PENUTUP A. Simpulan Sabut kelapa memiliki nilai sejarah yang melekat dengan alat kesehatan pembersih gigi yaitu sikat gigi. Sabut kelapa inilah yang digunakan masyarakat untuk menggosok membersihkan giginya sebelum ditemukan atau pada saat sikat gigi kurang popular. Sabut ini juga mengilhami bentuk sikat gigi yang beredar sekarang sehingga wujud serat seperti yang ada pada sabut kelapa bisa dirasakan pada sikat gigi. Saat merebak isue sikat gigi menjadi salah satu rumah tempat kuman-kuman hidup dan berkembang biak sehingga ketika digunakan kembali bukan membersihkan malah mengotori gigi. Sabut kelapa bisa kembali menjadi alternatif karena digunakan untuk satu kali pakai. B. Rekomendasi Sabut yang sekilas hanya nampak seperti sampah atau benda tidak berguna ternyata jika ditelaah lebih dalam memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan produksi tekstil dan perabotan rumah tangga banyak yang menjadikan sabut kelapa sebagai bahan dasar atau bahan pelengkap dalam produknya. Oleh karena itu penulis merekomendasikan kepada pembaca untuk bisa memanfaatkan dan mengolah potensi yang bisa digali dan dikembangkan dari sabut kelapa ini. DAFTAR PUSTAKA Kenzoo.(2012). Fakta Buruk tentang Bakteri pada Sikat Gigi.[Online].Tersdia:http://ken-zoo.blogspot.com.[2/12/2012]. Nurbawa, M.(2011).Pohon Kelapa,”Kekuasaan dan Panji-panji Kearifan Lokal di Bali”.[Online].Tersedia: http://metrobali.com.[2/12/2012]. Suhardiman, P.(1990).Bertanam Kelapa Hibrida.Jakarta:Penebar Swadaya. TN.(TT).Araceae.[Online].Tersedia:http://id.wikipedia.org.[2/12/2012]. ___.(TT).Kelapa.[Online].Tersedia:http://id.wikipedia.org.[2/12/2012]. ___.(TT).Sabut.[Online].Tersedia:http://id.wikipedia.org.[2/12/2012]. Warisno.(1998).Budi Daya Kelapa Kopyor.Yogyakarta:Kanisius. Zaini, H. F. (2012).Kearifan Lokal.[Online].Tersedia: http://sastra-indonesia.com.[ 2/12/2012].
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk " "