Oleh : Feri Bakhtiar Rinaldi
FKIP Biologi Unigal
2119110099
Gelar
Pahlawan tanpa tanda jasa sudah sangat melekat disandang oleh sosok seorang
guru. Hal ini terkait dengan tanggung jawab dan peranan guru yang sangat vital terhadap
nasib dan keberlangsungan hidup bangsa dan negara di masa akan datang. Namun
penghargaan dan feedback yang diterimanya sangat minim dan tidak seimbang bila
dibandingkan dengan tanggung jawab dan pengabdian besar yang diembannya.
Kisah
Pahlawan tanpa tanda jasa ini pun pernah dikisahkan dalam sebuah lagu karya
Iwan Fals yang berjudul “Oemar Bakrie” sebagai bentuk kepedulian dan
keprihatinannya. Lagu ini menceritakan kondisi yang sangat memprihatinkan dari
kisah seorang guru yang sangat jauh dari kata sejahtera.
Wajar jika profesi guru dipandang sebelah mata oleh
para pelaku ekonomi karena gaji atau upah yang diterima oleh guru sangat minim
dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anak tidak bermimpi dan
bercita-cita menjadi guru begitu pula para orang tua yang tidak berharap
anaknya menjadi guru. Mahasiswa keguruan jumlahnya jauh lebih sedikit daripada
mahasiswa non keguruan begitu pula perguruan tinggi yang membuka program
keguruan tidak terlalu banyak karena dianggap kurang popular dibanding
perguruan tinggi yang membuka program non keguruan.
Ironi,
tatkala negara diguncang krisis ekonomi hebat yang berdampak pada pincangnya
beberapa sektor ekonomi dan mencederai para pelaku ekonomi kelas menengah ke
bawah. Kecuali profesi guru yang tetap bertahan dari terpaan krisis moneter
yang melanda. Otomatis orang yang kegiatan ekonominya terhenti baru mengakui
profesi guru dan tidak lagi memandang sebelah mata profesi ini. Dampaknya
terjadi perubahan paradigma orang tua yang awalnya enggan untuk mengarahkan
anknya menjadi guru kini bernafsu untuk menjadikan anaknya sebagai seorang guru.
Upaya
Profesionalisasi yang ditandai sertifikasi guru PNS maupun non PNS serta
meningkatya gaji guru PNS untuk tiap kurun waktu tertentu menjadi dasar pola
paradigma orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya menjadi seorang guru. Hal
ini terlihat dari jumlah mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi keguruan serta
perguruan tinggi yang membuka program keguruan menjadi membeludak sehingga
melebihi kuota guru yang yang dibutuhkan.
Terkait
dengan kuota yang terbatas, persaingan dalam perebutan posisi PNS dalam form
Test CPNS tidak bisa dihindari karena kuota jauh lebih sedikit daripada
peminatnya. Hal ini mengakibatkan adanya oknum-oknum pejabat yang memanfaatkan
kondisi ini untuk meraup keuntungan secara finansial. Permainan kotor melalui
praktik KKN rela dilakukan para peminat walau harus merogoh kocek yang dalam
demi terwujudnya harapan menjadi PNS.
Profesi
yang mulia dan kental degan aroma pengabdian kini telah menjadi rebutan banyak
pihak bahkan mereka rela menggunakan jalan kotor untuk merengkuhnya.
Itulah
sekelumit kondisi yang mewarnai perjalanan kisah sosok pahlawan tanpa tanda
jasa di negeri tercinta ini. Profesi guru tidak lagi bicara tentang pengabdian
tapi lebih kepada profesi yang menjanjikan kesejahteraan. Kita patut berharap
profesi guru kembali memprioritaskan pengabdian dalam menjalankan tugasnya
daripada kesejahteraan semata.
0 Komentar untuk "Bukan Lagi Pengabdian"